resume mentoring general

nama : Sucika Nandiati

Kelas : TF39-05

NIM : 1104154155

kelompok mentoring : AT-31

Tugas resume pengganti Mentoring General tentang ajakan mentoring

YUK MENTORING!!!!

Dahulu ketika kecil, barangkali, orang tua kita sering bilang kalau tidak shalat maka akan masuk neraka, ketika berkata-kata kotor maka akan masuk neraka, ketika berbuat jahat kepada teman masuk neraka, ketika mencontek masuk neraka, ketika ini dan itu,… masuk neraka. Nah, kalau sudah begitu anak-anak bakalan berpikir “lho, Islam kok kejam begitu ya”. Kemudian agama menjadi sebatas dogma, sebatas nilai-nilai yang harus diterima secara baik dan benar, tidak boleh dibantah dan diragukan. Pokoknya sudah begitu, ya begitu. Orang tua kita, barangkali, terlupa untuk menjelaskan mengapa tidak shalat, berkata-kata kotor, berbuat jahat, mencontek atau apapun membuat kita masuk neraka.

Dahulu ketika kecil, barangkali, orang tua kita lebih mempercayakan pendidikan agama kita pada Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) atau Madrasah Diniyyah Awalliyah (MDA) karena alasan ini dan itu. Tapi sayangnya, ketika sampai di TPA/MDA kita mendapatkan hal yang sama. Kita diajar belajar Qur’an, sejarah Islam atau apapun dengan metode satu arah. Kita disuapkan begitu saja tanpa diberi celah. Kita disuruh bikin tugas, kalau tidak bikin kenalah hukuman. Pada akhirnya agama memang menjadi sebatas dogma yang ketika dijalankan sarat akan keterpaksaan. Padahal hendaknya belajar agama bisa menjadi menyenangkan, sesuatu yang ditunggu-tunggu, tidak kaku dan sesuai zaman. Ya, terlebih ini era informasi di mana semua orang sudah terdidik menjadi kritis, bahkan anak-anak sekalipun. Mengajar harus dibekali ilmu, seorang ibu tidak bisa lagi menjadi ibu biasa, seorang ibu atau siapapun harus meng-upgrade dirinya dengan belajar lebih lagi. Ketika sudah banyak ilmu, banyak juga yang bisa dibagikan.

Mentoring, Wadah Pembelajaran

Untuk belajar tentulah butuh wadah, terlebih ketika porsi belajar agama di sektor formal semakin sedikit dan bahkan terabaikan. Kita mesti membuat diri kita sadar bahwa mendalami kepercayaan kita sendiri adalah kewajiban yang mutlak. Maksud saya, masa kita pilih kasih, pelajaran dunia kita mati-matian sedangkan pelajaran agama (yang notabene adalah untuk akhirat juga) kita kesampingkan. Dan mentoring menjadi sebuah solusi, pada kondisi yang sulit seperti saat sekarang ini.

Lantas apa yang bisa kita dapatkan dalam mentoring? Banyak hal sebenarnya yang akan sangat terasa jika kita sendiri yang melaksanakannya. Dalam mentoring kita memiliki saudara-saudara yang sama-sama memiliki keinginan belajar, teman-teman diskusi dan “alarm” bagi kita. Dalam mentoring kita bisa saling ingat-mengingatkan, nasehat-menasehati. Berbagi arti, berbagi suka-duka. Berjalan beriringan. Bersahabat yang tidak hanya di dunia dan di akhirat. Dalam mentoring, kita bisa menuntaskan apa-apa yang selama ini membingungkan bagi kita, apa yang mebuat kita risau atau apapun yang menjadi “hoax” dalam kehidupan sehari-hari, entah benar atau tidak. dan banyak lagi. Tentu saja.

Apresiasi Untuk Kampus Tercinta

Saya tersentuh dan apresiasi sekali, khususnya di kampus tercinta Universitas Andalas, mentoring sudah menjadi program wajib bagi mahasiswa. Setidaknya pihak kampus sadar bahwa pembangunan karakter itu sangatlah penting. Apalah artinya lulusan/sarjana yang bagus secara akademik tapi tidak secara pribadi/karakternya. Tapi sayangnya, kegiatan mentoring baru sebatas kurikulum wajib bagi mahasiswa baru yang mengambil mata kuliah agama. Memang pada dasarnya kita tidak bisa memaksakan mahasiswa untuk mentoring tapi setidaknya kita bisa memasifkan ajakan.

Setelah menanya sana-sini saya akhirnya menemukan bahwa, lembaga yang menangani mentoring di Universitas Andalas ini ternyata mempunyai kurikulum follow up bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan mentoringnya. Sederhananya, mereka telah menyiapkan fasilitas yang cukup bagi mahasiswa yang mau belajar. Tidak terbatas angkatan. Mau anak tahun satu, tahun dua atau bahkan yang lebih tua. Kita sama-sama sadar bahwasanya belajar itu adalah hak semua orang. Maka mentoring, yang saya katakan sebagai wadah pembelajaran, juga hak semua orang.

Menyambung Silaturrahim, Meeratkan Simpul

Saya sebenarnya bukan orang yang tepat untuk urusan pengelolaan mentoring ini, karena saya bukan orang dari lembaga yang saya singgung di atas. Cuma, saya ingin mengajak teman-teman untuk memasifkan gerakan #AyoMentoring khususnya di kampus Universitas Andalas. Dari kita bersama, untuk kita bersama. Lantas, bagaimana caranya? Teman-teman bisa follow akun twitter ini: @lingkarandalas, di sana kita bisa komunikasi, tanya-jawab mengenai mentoring. Kalau ada yang minat mentoring kita usahakan atur jadwal dan segala macam.

Terakhir, jika teman-teman menilai tulisan ini bermanfaat saya harap sudilah teman-teman untuk menyebarkannya agar ajakan belajar bersama lebih tersebarkan lagi. Semoga nantinya agama tidak hanya menjadi sebatas dogma sakral yang kaku dan “kejam”. Ayo sama-sama kita gerakan, semangat belajar semangat menjadi pribadi yang lebih baik. #AyoMentoring

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *